Kamis, 03 November 2011

Laporan Osfis

BAB I
TUJUAN PRAKTIKUM
1.1  Mengetahui harga salintas berdasarkan konduktivitas air laut
1.2  Mengetahui nilai densitas berdasarkan kedalaman, suhu dan salinitas
1.3  Dapat menggambar grafik berupa kurva temperatur, salinitas dan densitas terhadap kedalaman serta mampu menginterprestasi jenis lapisan
1.4  Dapat membuat kontur temperatur, salinitas dan densitas serta mencoba menginterprestasikannya




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Temperatur
Temperatur adalah salah satu parameter samudra yang dipelajari pertama kali dan pailing mudah pengukurannya. Temperature dalam oseanografi diekspresikan dalam Celcius (0C), kecuali pada beberapa ekspresi untuk radiasi thermal. Pengukuran temperature ini mengacu pada skala Temperature Praktis Internasional 1996 (Internasional Practical Temperature Scale-komite Internasional des et Measures).
Suhu juga berpengaruh terhadap kerapatan air laut. Air laut yang hangat kerapatannya lebih rendah dari air laut yang dingin pada salinitas yang sama. Kerapatan juga merupakan fungsi dari salinitas, kenaikan salinitas menyebabkan kenaikan kerapatan. Tetapi variasi suhu yang ditemukan diseluruh samudera lebih besar daripada variasi salinitas. Oleh karena itu suhu lebih penting dalam mempengaruhi kerapatan.Suhu menurun secara bertahap sesuai dengan kedalaman. Semakin dalam suhu akan semakin rendah atau dingin. Hal ini diakibatkan karena kurangnya intensitas cahaya matahari yang masuk kedalam perairan
2.1.1  Distribusi Temperatur Vertikal
Distribusi temperature secara vertical dibagi menjadi 3 lapisan, yaitu lapisan Mixed Layer, lapisan Termoklin, dan lapisan deep layer.
2.1.1.1   Mixed Layer
Lapisan mixed layer atau lapisan homogeny dimana pada lapisan ini gradien suhu berubah secara perlahan dengan kedalaman antara 10 – 500 m.Mixed layer dipengaruhi oleh musim dan pasang-surut. Mixed layer lebih banyak mengenai energi dari cahaya matahari (musim), dengan intensitas yang melemah ke bawah permukaan. Perubahan suhu tersebut dimungkinkan oleh tekanan massa air sungai dari daratan. Pada daerah lintang pertengahan, mixed surface layer lebih tipis pada akhir musim panas dimana tiupan angin sangat kurang dan sinar matahari menghangatkan lapisan permukaan. Pada musim gugur, badai pertama mencampur panas ke bagian bawah mempertebal lapisan mixed surface layer dan menghilangkan sebagian kedl panas. Pada musim dingin, panas hilang sehingga lapisan mixed surface layer semakin tebal.
2.1.1.2   Termoklin
Lapisan termoklin yaitu lapisan dimana gradien suhu berubah secara cepat sesuai dengan pertambahan kedalaman. Lapisan ini disebut lapisan transisi dengan kedalaman 500 – 1000 m. Bagianthermoklinyang paling atas sedikit berubah terhadap musim, sehingga disebut seasonalthermocline.Bagian thermocline yang tidak berubah disebut permanent thermocline terletak di bawah seasonal thermocline sampai kedalaman 1500-2000m. Pada lapisan termoklin memiliki ciri gradien suhu yaitu perubahan suhu terhadap kedalaman sebesar 0.1ºC untuk setiap pertambahan kedalaman satu meter.
2.1.1.3   Deep Layer
Lapisan dingin di bawah lapisan termoklin yang disebut juga lapisan hipolimnion atau disebut lapisan deep layer, dimana suhu air laut konstan sebesar 4ºC. Lapisan ini merupakan lapisan yang memiliki suhu dingindengan kedalaman lebih dari 1000 m. Lapisan deep layer dipengaruhi oleh posisi garis lintang dan suhu permukaan.
2.1.2  Distribusi Temperatur Horisontal
Suhu bervariasi secara horizontal sesuai garis lintang, pada penyebaran suhu menurut letak lintang sumber energi berasal dari daerah tropic yang merupakan penerima energi radiasi surya terbanyak. Sebagian dari energi ini dipindahkan ke lintang yang lebih tinggi untuk menjaga keseimbangan energi secara global. Secara horizontal, suhu permukaan laut berkisar antara -20C sampai 30 0C. Suhu -20C tersebut dikontrol oleh pembentukan es di daerah kutub.
Faktor-faktor yang mempengaruhi variasi penyebaran temperature secara horizontal yaitu garis lintang. Suhu di permukaan bumi akan menurun seiring dengan bertambahnya lintang. Bedanya, pada penyebaran suhu secara vertikal, permukaan merupakan sumber pemanasan. Sedangkan pada penyebaran suhu menurut letak lintang sumber energi berasal dari daerah tropis yang merupakan penerima energi radiasi surya terbanyak.
2.2  Salinitas
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut tiap gram dalamsatu kilogram air laut. Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Kandungan garam pada sebagian besar danau,sungai dan saluran air alami sangat kecil sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air tawar. Umumnya beberapadanaugaram di daratan dan beberapa lautan memiliki kadar garam lebih tinggi dari air laut.

2.2.1  Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Salinitas
2.2.1.1   Evaporasi (penguapan) air laut, penguapan makin besar maka salinitas makin tinggi, kebalikannya makin kecil penguapan maka salinitasnya makin rendah.
2.2.1.2   Aliran air sungai yang bermuara ke laut, makin banyak air sungai yang bermuara ke laut, maka salinitas air laut tersebut rendah.
2.2.1.3   Persipitasi(berupa hujan atau salju), makin banyak curah hujan maka salinitas makin rendah, kebalikannya makin kecil curah hujan maka salinitasnya makin tinggi.
2.2.1.4   Angin, kelembaban udara di atasnya, ini berhubungan dengan penguapan dan penguapan berhubungan dengan besar kecilnya salinitas air laut.
2.2.1.5   Aruslaut,laut-lautyang dipengaruhiarus panas maka salinitasnya  akannaik dan kebalikannya laut-laut yang dipengaruhi arusdingin maka salinitasnya akan turun (rendah).
2.2.2  DistribusiSalinitas Vertikal
Disribusi secara vertical terjadi dengan semakin bertambahnya kedalaman. Pola distribusi vertikal sebaran menegak salinitas dibagi menjadi 3 lapisan yaitu lapisan tercampur dengan ketebalan antara 50-100 m dimana salinitas hampir homogen , lapisan haloklin yaitu lapisan dengan perubahan sangat besar   dengan bertambahnya kedalaman 600-1000 m dimana lapisan tersebut dengan tegas memberikan nilai salinitas minimum.Secara vertical distribusi salinitas di ekuator, tropis dan subtropics menunjukkan salinitas minimum pada kedalaman 600-1000 m, kemudian meningkat sampai kedalaman 200 m. Di daerah tropis salinitas maksimum terjadi pada kedalaman 100-200 m dekat batas atas thermoklin. Diseluruh laut dunia pada kedalaman 4000 m atau lebih salinitas relative seragam pada kisaran 34,6-34,9‰. Sedikit sekali perbedaan salinitas diberbagai dasar laut dalam. Variasi salinitas di zona abisal dari sudut pandang ekologi sangat kecil. Umumnya zona abisal mempunyai salinitas 34,8‰ dan bervariasi kurang dari 0,2‰. Variasi tersebut kecil dan tidak mempengaruhi ekologi dan biologi secara nyata.






                                                                Gambar distribusi salinitas secara vertical
2.2.3  Distribusi Salinitas Horisontal
Sebaransalinitas secara horizontal di lautan diketahui bahwa semakin ke arah lintang tinggi maka salinitas akan semakin tinggi. Dengan kata lain salinitas lautan tropis lebih rendah dibanding dengan salinitas di lautan subtropis. Distribusi salinitas permukaan cenderung zonal. Air laut bersalinitas lebih tinggi terdapat di daerah lintang tengah dimana evaporasi tinggi. Air laut lebih tawar terdapat di dekat ekuator dimana air hujan mentawarkan air asin di permukaan laut, sedangkan pada daerah lintang tinggi terdapat es yang mencair akan menawarkan salinitas air permukaannya.
2.3  Densitas
Densitas dalam pengertian singkatnya adalah kerapatan. Kerapatan disini adalah massa jenis. Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya.Densitas merupakan salah satu parameter terpenting dalam mempelajari dinamika laut. Perbedaan densitas yang kecil secara horisontal (misalnya akibat perbedaan pemanasan di permukaan) dapat menghasilkan arus laut yang sangat kuat. Oleh karena itu penentuan densitas merupakan hal yang sangat penting dalam oseanografi. Lambang yang digunakan untuk menyatakan densitas adalah ρ.
Densitas air laut bergantung pada temperatur (T), salinitas (S) dan tekanan (p). Kebergantungan ini dikenal sebagai persamaan keadaan air laut (Equation of State of Sea Water) :
Densitas air laut merupakan fungsi dari salinitas, suhu dan tekanan. Densitas akan bertambah bila salinitasnya bertambah, suhu berkurang dan tekanan bertambah. Dilapisan permukaan, perubahan densitas ditentukan oleh salinitas dan suhu air laut. Sedangkan dilapisan dalam, perubahan densitas ditentukan oleh perubahan tekanan.
2.3.1      Distribusi Densitas Vertikal
Pada intinya adalah distribusi denstitas secara vertikal dipengaruhi oleh  temperatur/suhu dan salinitas juga tekanan. Bisa ditandai dengan sebuah grafik, dimana tersebut garisnya berada pada posisi vertikal, garisnya dari atas ke bawah. Para ahli oseanografi membagi profil densitas teradap kedalaman menjadi 3 lapisan :
·         Well-mixed surface zone, dengan ketebalan 50 - 100 m (salinitas seragam).
·         Halocline, zona dimana salinitas berubah dengan cepat sesuai dengan bertambahnya kedalaman.
·         Zona di bawah Halocline sampai ke dasar laut, dengan salinitas yang relatif homogen.
·         Zona Berkala (Occasional Zone), pada kedalaman 600 - 1000 m, dimana terdapat nilai salinitas minimum.
2.3.2      Distribusi Densitas Horisontal
Distribusi densitas secara horizontal yang disebabkan oleh arus. Distribusi densitas berhubungan dengan karakter arus dan daya tenggelam suatu massa air yang berdensitas tinggi dan lapisan permukaan ke kedalaman tertentu. Densitas permukaan laut berkurang karena ada pemanasan, prespitasi, run off dari daratan serta meningkat jika terjadi evaporasi dan menurunnya suhu permukaan.Faktor yang mempengaruhi variasi penyebaran densitas secara horizontal adalah arus yang diakibatkan oleh perbedaan pemanasan dipermukaan dan karena tiupan angin. Densitas air laut juga tergantung pada suhu dan salinitas serta semua proses yang mengakibatkan berubahnya suhu dan salinitas.
Distribusi horisontal isoterm umumnya tetap konstan tiap tahunnya. fluktuasi musiman dibatasi pada lapisan permukaan. Diketahui bahwa distribusi ini mewakili suatu bentuk keseimbangan dinamik atau keadaan tunak, karena air laut itu sendiri bergerak secara kontinu.Pergerakannya tidak acak tetapi teratur dalam sistem sirkulasi tiga dimensi yang menunjukkan sedikit variasi bila dirata-ratakan untuk periode beberapa tahun.




BAB III
DATA DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Pengolahan data manual
3.1.1 Stasiun 6
Diambil berdasarkan data ke-2 yang didapat.
1.    Depth variaton
Kedalaman      = data asli + 0,01 + 0,2
= 16 + 0,01 + 0,2
= 16,21

2.    Temperature variation
Suhu    = data asli + 0,01 + 0,2
            = 27.4496+ 0,01 + 0,2
= 27.6596

3.    Salinity variation
Salinitas           = data asli + 0,01 + 0,2
                                    = 33.7145+ 0,01 + 0,2
                        = 33.9245

4.    Pressure
Tekanan          = 1025 x 9,8 x depth variation x 10-4
                        = 1025,98 x 16,21 x 10-4
                                    = 16.28295

5.    Menghitung densitas pada 00 C ( σ0  )
σ0     = - 0,093 + 0,8149 s – 0,000482 s2 + 0,0000068 s3
                        = - 0,093 + (0,8149 x 33.9245) – (0,000482 x 33.92452) + (0,0000068x33.92453)
                        = 27.26285


6.    Menghitung ekspansi air laut – perubahan densitas terhadap temperatur (D), dihitung menggunakan interpolasi antara σ0 dan t dari data apendix 2
T/s0
27
27.27090234
28
25
4,69

4,76
27.6696

X
D
Y
30
6,3

6,37
Apendik 2








Pertama kita menghitung nilai X dan Y
X          = 
                        = 5.549611

Y          = 
                        = 5.619611


Jika nilai X dan Y sudah ditemukan maka akan dapat mendapatkan nilai D dengan perhitungan sbb :

D         =
            =
            = 5.568574


7.    Menghitung densitas pada tekanan atmosfer = 0 apabila terdapat nilai D ( ekspansi air laut) (σt1)
σt1    =          σ0 – D
                        = 27.262855.568574
                        =21.70233
           


8.    Menghitung densitas pada tekanan atmosfer = 0 apabila tidak diketahui nilai D. Langkah pertama gunakan rumus :
Σt      =         

            =         

                        = -3.64714



9.    Langkah kedua yaitu menghitung AT
AT        = T ( 4,78670 – 0,098185 T + 0,0010843 T2 ) 10-3
            = 27,6596 ( 4,78670 – ( 0,098185 x  27,6596  ) + ( 0,0010843 x 27,6596 2 )) 10-3
                        = 0.080245


10.  Langkah ketiga yaitu menghitung BT
BT           = T ( 18,030 – 0,8164 T + 0,0166 T2 ) 10-6
            = 27,6596  ( 18,030 – ( 0,8164 x 27,6596  ) + ( 0,0166 x 27,6596 2 ) 10-6
                        = 0.000225


11.  Setelah ditemukan nilainya maka densitas pada tekanan atmosfer = 0 dan nilai tidak diketahui dapat dihitung
σt2    = Σt + (σ0 + 0,1324 ) [ 1 – AT + BT (σ0 – 0,1334 )]
= -3.64714 + (27.2709 + 0,1324 ) [ 1 - 0.080245 + 0.000225 (27.2709 – 0,1334)]
= 21.72488

12.  Menghitung faktor  anomali densitas yang tidak bergantung pada tekanan
Δs,t   = 0,02736 –
            = 0,02736 -
            = 0.005176


13.  Menghitung faktor animali densitas yang tidak tergantung pada temperatur dengan menggunakan interpolasi antara s dan p dari apendiks 4. Kemudian hasilnya dikalikan 10-5 sehingga satuannya menjadi Kg/m3

Apendik 4

p/s
33
33.9245
34
0
0

0
16.28295
X
D
Y
100
-0,3

-0,2


Pertama kita menghitung nilai X dan Y
X          = 
                        = -0.04888



Y          = 

                        = -1.10579


Mencari δS,P

           




14.  Menghitung faktor anomali yang tidak bergantung pada salinitas, dengan interpolasi antara t dan p dari apendik 5 dan dikalikan dengan 10 -5  agar satuan Kg/m 3

Apendik 5
p/T
25
27.6696
30
0
0

0
16.29299
X
D
Y
100
3.9

4,2

Pertama kita menghitung nilai X dan Y
X          = 
            = 0.126145



Y          = 

            = 3.762041



Mencari δt,P

           


15.  Menghitung anomali densitas
δ      = Δs,t + δs.p + δt.p
                                = 0.005176 + -0.0003 + 1,3309082 -06
                        = 0,006710828

16.  Menghitung volume spesifik air laut standar
α35.0.p         =
                    = 
                = 0.972568


17.  Menghitung volume spesifik insitu
αs.t.p             = α35.0.p + δ
           = 0.972568 +
                        = 0,979336636

18.  Menghitung nilai densitas spesifik insitu
ρS.t.p            =

                =

                = 1,021099347

19.  Menghitung faktor densitas
σS.t.p            = (ρS.t.p – 1 ) x 103
                        = (1,021099347 – 1 ) x 103
                        = 21,09934704

3.1.2 Stasiun 7
Diambil berdasarkan data ke-2 yang didapat.
1.    Depth variaton
Kedalaman      = data asli + 0,01 + 0,2
= 19+ 0,01 + 0,2
                                    = 19.21


2.    Temperature variation
Suhu    = data asli + 0,01 + 0,2
            = 27.494 + 0,01 + 0,2
            = 28.304

3.    Salinity variation
Salinitas           = data asli + 0,01 + 0,2
                        = 33.712 + 0,01 + 0,2
                        = 54.712


4.    Pressure
Tekanan          = 1025 x 9,8 x depth variation x 10-4
                        = 1025,98 x 19.21 x 10-4
                                    = 19.29645


5.    Menghitung densitas pada 00 C ( σ0  )
σ0     = - 0,093 + 0,8149 s – 0,000482 s2 + 0,0000068 s3
= - 0,093 + (0,8149 x 54.712 ) – (0,000482 x 54.7122 ) + (0,0000068 x 54.712
3 )
= 27.09165

6.    Menghitung ekspansi air laut – perubahan densitas terhadap temperatur (D), dihitung menggunakan interpolasi antara σ0 dan t dari data apendix 2
T/s0
27
27.09165
28
25
4,69

4,76
27,494
X
D
Y
30
6,3

6,37
Apendik 2








Pertama kita menghitung nilai X dan Y
X          =   
            = 5.493068



Y          = 

            = 5.563068



Jika nilai X dan Y sudah ditemukan maka akan dapat mendapatkan nilai D dengan perhitungan sbb :

D         =
            =
                       
            = 5.499483



7.    Menghitung densitas pada tekanan atmosfer = 0 apabila terdapat nilai D ( ekspansi air laut) (σt1)
σt1    =          σ0 – D
            =          27.09165 - 5.499483
                =21.59217




8.    Menghitung densitas pada tekanan atmosfer = 0 apabila tidak diketahui nilai D. Langkah pertama gunakan rumus :
Σt      =         

            =         

= -3.82737



9.    Langkah kedua yaitu menghitung AT
AT        = T ( 4,78670 – 0,098185 T + 0,0010843 T2 ) 10-3
            = 28,304 ( 4,78670 – ( 0,098185 x  28,304 ) + ( 0,0010843 x 28,3042 )) 10-3
= 0.081411


10.  Langkah ketiga yaitu menghitung BT
BT           = T ( 18,030 – 0,8164 T + 0,0166 T2 ) 10-6
            = 28,304 ( 18,030 – ( 0,8164 x 28,304 ) + ( 0,0166 x 28,3042 ) 10-6
            = 0.000233


11.  Setelah ditemukan nilainya maka densitas pada tekanan atmosfer = 0 dan nilai tidak diketahui dapat dihitung
σt2    = Σt + (σ0 + 0,1324 ) [ 1 – AT + BT (σ0 – 0,1334 )]
= -3.82737+ (27.09165 + 0,1324 ) [ 1 -0.081411  + 0.000233  (27.09165 – 0,1334)]
= 37.31538


12.  Menghitung faktor anomali densitas yang tidak bergantung pada tekanan
Δs,t   = 0,02736 –
            = 0,02736 -
            = 0.027281


13.  Menghitung faktor animali densitas yang tidak tergantung pada temperatur dengan menggunakan interpolasi antara s dan p dari apendiks 4. Kemudian hasilnya dikalikan 10-5 sehingga satuannya menjadi Kg/m3

Apendik 4

p/s
33
33.712
34
0
0

0
19.29645
X
D
Y
100
-0,6

-0,5


Pertama kita menghitung nilai X dan Y
X          = 
            = -0.05789

Y          = 

            = -0.03859

Mencari δS,P

-4.41503E-07


14.  Menghitung faktor anomali yang tidak bergantung pada salinitas, dengan interpolasi antara t dan p dari apendik 5 dan dikalikan dengan 10 -5  agar satuan Kg/m 3

Apendik 5
p/T
25
28,304
30
0
0

0
19.29645
X
D
Y
100
3.9

4,2


Pertama kita menghitung nilai X dan Y
X          = 
            = 0.752561


Y          = 

            = 0.810451

Mencari δt,P

7.90815E-06




15.  Menghitung anomali densitas
δ      = Δs,t + δs.p + δt.p
                = 0.027281 + -4.41503E-07  + 7.90815E-06

                        = 0,007545262

16.  Menghitung volume spesifik air laut standar
α35.0.p         =
                    = 
                = 0.972555


17.  Menghitung volume spesifik insitu
αs.t.p             = α35.0.p + δ
           = 0,972625808 + 0,007545262
                        = 0,98017107

18.  Menghitung nilai densitas spesifik insitu
ρS.t.p            =

                =

                = 1,02023007

19.  Menghitung faktor densitas
σS.t.p            = (ρS.t.p – 1 ) x 103
                        = (1,02023007 – 1 ) x 103
                        = 20,23007038


3.1.3 Stasiun 9
Diambil berdasarkan data ke-2 yang didapat.
1.    Depth variaton
Kedalaman      = data asli + 0,01 + 0,2
= 3 + 0,01 + 0,2
= 3.21


2.    Temperature variation
Suhu    = data asli + 0,01 + 0,2
            = 28.5602+ 0,01 + 0,2
            = 28.7702


3.    Salinity variation
Salinitas           = data asli + 0,01 + 0,2
                        = 32.214+ 0,01 + 0,2
                        = 32,425

4.    Pressure
Tekanan          = 1025 x 9,8 x depth variation x 10-4
                        = 1025,98 x 3.21 x 10-4
                        = 3.224445


5.    Menghitung densitas pada 00 C ( σ0  )
σ0     = - 0,093 + 0,8149 s – 0,000482 s2 + 0,0000068 s3
= - 0,093 + (0,8149 x 32.424) – (0,000482 x 32.4242) + (0,0000068 x 32.4243)
= 26.05438


6.    Menghitung ekspansi air laut – perubahan densitas terhadap temperatur (D), dihitung menggunakan interpolasi antara σ0 dan t dari data apendix 2
T/s0
26
26.05438
27
25
4,63

4,69
28,7702
X
D
Y
30
6,23

6,3
Apendik 2







Pertama kita menghitung nilai X dan Y
X          =   
            = 5.836464


Y          = 

            = 5.904004


Jika nilai X dan Y sudah ditemukan maka akan dapat mendapatkan nilai D dengan perhitungan sbb :

D         =
            =
                       
            = 5.840137



7.    Menghitung densitas pada tekanan atmosfer = 0 apabila terdapat nilai D ( ekspansi air laut) (σt1)
σt1    =          σ0 – D
            =          26.054385.840137
                =20.21424



8.    Menghitung densitas pada tekanan atmosfer = 0 apabila tidak diketahui nilai D. Langkah pertama gunakan rumus :
Σt      =         

            =         

= -3.96211


9.    Langkah kedua yaitu menghitung AT
AT        = T ( 4,78670 – 0,098185 T + 0,0010843 T2 ) 10-3
            =  ( 4,78670 – ( 0,098185 x  ) + ( 0,0010843 x 2 )) 10-3
= 0.082265


10.  Langkah ketiga yaitu menghitung BT
BT           = T ( 18,030 – 0,8164 T + 0,0166 T2 ) 10-6
            = 28,7702 ( 18,030 – ( 0,8164 x 28,7702 ) + ( 0,0166 x 28,77022 ) 10-6
                        =  0.000238



11.  Setelah ditemukan nilainya maka densitas pada tekanan atmosfer = 0 dan nilai tidak diketahui dapat dihitung
σt2    = Σt + (σ0 + 0,1324 ) [ 1 – AT + BT (σ0 – 0,1334 )]
= -3.96211 + (26.05438+ 0,1324 ) [ 1 - 0.082265 + 0.000238 (26.05438– 0,1334)]
= 20.23214


12.  Menghitung faktor anomali densitas yang tidak bergantung pada tekanan
Δs,t   = 0,02736 –
            = 0,02736 -
            =0.007293


13.  Menghitung faktor animali densitas yang tidak tergantung pada temperatur dengan menggunakan interpolasi antara s dan p dari apendiks 4. Kemudian hasilnya dikalikan 10-5 sehingga satuannya menjadi Kg/m3

Apendik 4

p/s
32
32.424
33
0
0

0
3.224445
X
D
Y
100
-0,6

-0,3


Pertama kita menghitung nilai X dan Y
X          = 
            = -0.01612


Y          = 

            = -0.00967
Mencari δS,P

-1.3E-07




14.  Menghitung faktor anomali yang tidak bergantung pada salinitas, dengan interpolasi antara t dan p dari apendik 5 dan dikalikan dengan 10 -5  agar satuan Kg/m 3

Apendik 5
p/T
25
27,705
30
0
0

0
19,2974495
X
D
Y
100
3.9

4,2

Pertama kita menghitung nilai X dan Y
X          = 
                        = 0,752601


Y          = 

            = 0,810493

Jika nilai X dan Y sudah ditemukan maka akan dapat mendapatkan nilai D dengan perhitungan sbb :

D         =
            =
                       
            = 0,78392

Terakhir kita dapat menentukan nilai δt.p
δt.p    = D apendik 5 x 10 -5
= 0,78392 x 10 -5
= 7,8392 -06

15.  Menghitung anomali densitas
δ      = Δs,t + δs.p + δt.p
                        =0,006346841 +  (-9,1180499-07 ) + 7,8392 -06
                        = 0,006353769

16.  Menghitung volume spesifik air laut standar
α35.0.p         =
                    = 
                = 0,972555091

17.  Menghitung volume spesifik insitu
αs.t.p             = α35.0.p + δ
           = 0,972625808 + 0,006710828
                        = 0,97890886

18.  Menghitung nilai densitas spesifik insitu
ρS.t.p            =

                =

                = 1,02154556

19.  Menghitung faktor densitas
σS.t.p            = (ρS.t.p – 1 ) x 103
                        = (1,02154556 – 1 ) x 103
                        = 21,54556034


3.1.4 Stasiun 8
Diambil berdasarkan data ke-2 yang didapat.
1.    Depth variaton
Kedalaman      = data asli + 0,01 + 0,21
=  + 0,01 + 0,21
= 2,21

2.    Temperature variation
Suhu    = data asli + 0,01 + 0,21
            = 28,2662+ 0,01 + 0,21
            = 28,4762

3.    Salinity variation
Salinitas           = data asli + 0,01 + 0,21
                        = 32,0638+ 0,01 + 0,21
                        = 32,2738

4.    Pressure
Tekanan          = 1025 x 9,8 x depth variation x 10-4
                        = 1025,98 x 2,21 x 10-4
                        = 2,219945

5.    Menghitung densitas pada 00 C ( σ0  )
σ0     = - 0,093 + 0,8149 s – 0,000482 s2 + 0,0000068 s3
= - 0,093 + (0,8149 x 32,2738) – (0,000482 x 32,27382) + (0,0000068 x 32,27383)
=  

6.    Menghitung ekspansi air laut – perubahan densitas terhadap temperatur (D), dihitung menggunakan interpolasi antara σ0 dan t dari data apendix 2
T/s0
27
27,26365124
28
25
4,69

4,76
27,705
X
D
Y
30
6,3

6,37
Apendik 2






Pertama kita menghitung nilai X dan Y
X          =   
            = 5,672384

Y          = 

            = 5,742384

Jika nilai X dan Y sudah ditemukan maka akan dapat mendapatkan nilai D dengan perhitungan sbb :

D         =
            =
                       
            = 5,737726225

7.    Menghitung densitas pada tekanan atmosfer = 0 apabila terdapat nilai D ( ekspansi air laut) (σt1)
σt1    =          σ0 – D
            =          25,93346035 – 5,737726225
            =          20,19573413

8.    Menghitung densitas pada tekanan atmosfer = 0 apabila tidak diketahui nilai D. Langkah pertama gunakan rumus :
Σt      =         

            =         

= -3,87691493

9.    Langkah kedua yaitu menghitung AT
AT        = T ( 4,78670 – 0,098185 T + 0,0010843 T2 ) 10-3
            = 28,4762  ( 4,78670 – ( 0,098185 x  28,4762  ) + ( 0,0010843 x 28,4762 2 )) 10-3
= 0,081727168

10.  Langkah ketiga yaitu menghitung BT
BT           = T ( 18,030 – 0,8164 T + 0,0166 T2 ) 10-6
            = 28,4762 ( 18,030 – ( 0,8164 x 28,4762 ) + ( 0,0166 x 28,4762 2 ) 10-6
                        =  0,000234726


11.  Setelah ditemukan nilainya maka densitas pada tekanan atmosfer = 0 dan nilai tidak diketahui dapat dihitung
σt2    = Σt + (σ0 + 0,1324 ) [ 1 – AT + BT (σ0 – 0,1334 )]
= -3,87691493 + (25,93346035 + 0,1324 ) [ 1 - 0,081727168 + 0,000234726 (25,93346035 – 0,1334)]
= 25,93346035

12.  Menghitung faktor anomali densitas yang tidak bergantung pada tekanan
Δs,t   = 0,02736 –
            = 0,02736 -
            =0,007311936

13.  Menghitung faktor animali densitas yang tidak tergantung pada temperatur dengan menggunakan interpolasi antara s dan p dari apendiks 4. Kemudian hasilnya dikalikan 10-5 sehingga satuannya menjadi Kg/m3

Apendik 4

p/s
33
33,9255
34
0
0

0
16,2839495
X
D
Y
100
-0,3

-0,2


Pertama kita menghitung nilai X dan Y
X          = 
            = -0,011099725

Y          = 

            = -0,006659835

Jika nilai X dan Y sudah ditemukan maka akan dapat mendapatkan nilai D dengan perhitungan sbb :

D         =
            =
                       
            = 5,737726225
Terakhir kita dapat menentukan nilai δs.p
δs.p   = D apendik 4 x 10-5
            = 5,737726225 x 10-5
            = -0,0000001

14.  Menghitung faktor anomali yang tidak bergantung pada salinitas, dengan interpolasi antara t dan p dari apendik 5 dan dikalikan dengan 10 -5  agar satuan Kg/m 3

Apendik 5

p/T
25
27,705
30
0
0

0
16,2839495
X
D
Y
100
3.9

4,2


Pertama kita menghitung nilai X dan Y
X          = 
                        = 0,086577855

Y          = 

            = 0,09323769

Jika nilai X dan Y sudah ditemukan maka akan dapat mendapatkan nilai D dengan perhitungan sbb :

D         =
            = 9
                       
                        = 5,737726225


Terakhir kita dapat menentukan nilai δt.p
δt.p    = D apendik 5 x 10 -5
= 0,661502881 x 10 -5
= 6,61502881 -06

15.  Menghitung anomali densitas
δ      = Δs,t + δs.p + δt.p
                        =0,007311936 +  -0,0000001 + 0,0000009
                        = 0,007312749

16.  Menghitung volume spesifik air laut standar
α35.0.p         =
                    = 
                = 0,972630232

17.  Menghitung volume spesifik insitu
αs.t.p             = α35.0.p + δ
           = 0,972630232 + 0,007312749
                        = 20,4675365

18.  Menghitung nilai densitas spesifik insitu
ρS.t.p            =

                =

                = 1,020467536

19.  Menghitung faktor densitas
σS.t.p            = (ρS.t.p – 1 ) x 103
                        = (1,020467536 – 1 ) x 103
                                    = 20,4675365



3.1  Pengolahan Data Excel
3.1.1  Stasiun 2
Terlampir
3.1.2  Stasiun 3
Terlampir
3.1.3  Stasiun 18
Terlampir
3.1.4  Stasiun 21
Terlampir



BAB IV
ANALISA
4.1  Analisa Tiap Stasiun
4.1.1  Stasiun 6


Dari perhitungan yang sudah dilakukan dari data stasiun ke 6 yang ada, didapatkan sebuah hubungan bahwa jika kedalaman (depth) berbading lurus dengan tekanan (pressure). Artinya semakin dalam kedalaman sebuah perairan tersebut maka tekanannya juga akan bertambah besar. Selain kedalaman, hasil yang ditunjukkan oleh data temperature dan salinitas juga berbanding lurus dengan kedalaman, yang artinya semakin dalam sebuah perairan,maka temperaturnya akan semakin turun dan salinitasnya. Sedangkan salinitas berbanding terbalik dengan kedalaman, artinya semakin dalam kedalaman perairan maka salinitasnya semakin kecil. Hal ini serupa juga terjadi pada keadaan densitas, dimana jika kedalaman suatu perairan semakin dalam maka densitas akan berkurang. Dari perhitungan diperoleh nilai faktor densitas akan semakin besar terhadap kedalaman, artinya jika semakin dalam kedalaman suatu perairan maka nilai faktor densitas akan semakin besar.





4.1.2  Stasiun 7


Dari hasil perhitungan yang sudah dilakukan dari data stasiun ke 6 yang ada, didapatkanperbandingannilaiantarakedalamandengantemperatur, salinitas dan faktordensitashampirsamapadasemua data stasiun 7. Ini dikarenakan data padastasiun 3 ini kurang variatif karena terletak pada areal dekat pantai yang mempunyai ke dalaman tidak begitu dalam.Sehinggavariasi data yang diaplikasikan pada grafik perbandingan tidak sesuai dengan grafik aplikasi pada stasiun – stasiun lain pada umumnya.
4.1.3  Stasiun 8

Dari hasil perhitungan yang sudah dilakukan dari data stasiun ke 6 yang ada, diperoleh nilai tekanan dan densitas bertambah besar dengan bertambahnya nilai kedalaman. Sedangkan nilai salinitas bertambah besar dari 34 ke 35 ‰ dari kedalaman kecil ke kedalaman besar. Tapi dari kedalaman sekitar 50 m kebawah, salinitas menunjukan nilai yang stabil yaitu 34 ‰. Hal ini karena pengadukan yang merata di kedalaman lebih dari 50 m dan kurangnyaintensitas sinar matahari yang didapatkan di kedalaman tersebut. Sedangkan nilai faktor densitas mengalami kenaikan seiring bertambahnya kedalaman yaitu pada kedalaman 3-600 m nilai faktor densitas mencapai nilai antara 22-31. Namunkenaikan yang signifikanpadakedalaman 0 – 200 m.
4.1.4  Stasiun 9

Dari hasil perhitungan diperoleh hubungan yang tidak berbeda dari tiga stasiun yang sebelumnya yaitu nilai tekanan dan faktordensitas bertambah besar seiring bertambahnya kedalaman. Sedangkan nilai salinitas bertambah besar jika kedalamannya semakin besar, dan pada kedalaman sekitar 70 m ke bawah salinitas menunjukan angka yang makin stabil yaitu sekitar 35 ‰. Hal ini dikarenakan oleh pengadukan dan intensitas sinar matahari yang terjadi di kedalaman tersebut.






4.2  Sebaran Stasiun
Dari hasil perhitungan yang sudah dilakukan didapatkan keadaan yang hampir sama dari semua stasiun, yaitu nilai tekanan,densitas dan faktor densitas akan makin besar jika kedalamannya bertambah besar. Hal tersebut diakibatkan salah satunya oleh pengadukan dan angin yang berhembus di perairan tersebut. Namunberbedapadastasiun 7, karena data kedalaman yang diambil tidak terlalu variatif karena stasiun 7 ini berada di daerah dekat pantai. Ini berbeda dengan stasiun  6, 8 maupun 9 yang jaraknyadenganpantaiagakterlalujauh.
4.3  Analisa Grafik
4.3.1  Grafik t vs h
Pada hasil perhitungan dari data stasiun 6, 7, 8, dan 9 diperoleh grafik yang hamper menyerupai.Hal tersebut karena dari data tiapstasiun perbandingan antara temperature dan ke dalaman hamper sama. Dari hasil perhitungan diperoleh grafik temperature berbanding terbalik dengan kedalaman. Makin besar kedalamannya, maka temperature makin kecil.
4.3.2  Grafik s vs h
Pada hasil perhitungan dari data stasiun 6, 7, 8dan 9 diperoleh grafik yang berbeda-beda (terlampir). Hal tersebut karena dari data tiap stasiun kedalamannya berbeda-beda. Pada stasiun 3 data kedalaman yang dipakai rentang variasi nilai salinitasnya kecil sehingga grafik salinitas terbaca kurang tepat dengan teori parameter oseanografi yang ada. Berbeda dengan stasiun – stasiun yang lain yamg memiliki rentang variasi kedalaman yang besar.
4.3.3  Grafik Faktor Densitas vs h
Pada hasil perhitungan dari data stasiun 6, 7, 8 dan 9 diperoleh grafik yang menunjukkan bentuk yang hapir sama (terlampir). Semakin dalam kedalaman suatu perairan, maka nilai faktor densitas akan semakin besar. Hal ini dikarenakan densitas berbanding lurus dengan kedalaman. Dengan demikian nilai faktor densitas pada setiap stasiun hampir menunjukkan nilai yang sama, tergantung kedalamannya. Yaitu kisaran nilai antara 17-35.




4.4  Analisa Kontur
. Pada data sebaran temperatur, salinitas dan densitas, persebaran datanya hamper merata karena terdapat pada ke dalaman 300 meter.Kontur pada sebaran horizontal kedalaman 300 meter tidak memiliki variasi yang terlalu signifikan karena terdapat pada ke dalaman 300 meter yang berada di area memasukitermoklin.




LAMPIRAN
 Stasiun 6


Stasiun 7



Stasiun 8

Stasiun 9











BAB V
Kesimpulan
5.1  Semakin dalam suatu perairan maka suhunya semakin rendah.
5.2  Semakin dalam suatu perairan maka salinitasnya semakin tinggi.
5.3  Semakin dalam suatu perairan maka faktor densitasnya semakin tinggi.
5.4  Grafik t vs h, s vs h, σs,t,Pvs hstasiun 2,18 dan 2 hampir menyerupai namun grafik stasiun 3 berbedakarenafaktorkedalaman yang kurangvariatif.
5.5  Konturpadasebaran horizontal kedalaman 300 meter tidakmemilikivariasi yang terlalu signifikan karena terdapat pada ke dalaman 300 meter yang berada di area memasukitermoklin.
5.6  Semua data jika ada kesalahan merupakan human error ataukesalahan pada alat maupun operator.



DAFTAR PUSTAKA

Wibisono, M.S. (2005) Pengantar Ilmu Kelautan, Grasindo : Jakarta
Wyrtki, K. 1961. Physical oceanography of the Southeast Asian waters.Naga Report 2,
                          Scripps Institution of Oceanography, La Jolla, CA,195pp.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar